Sejarah Ekonomi
dalam Peradaban Islam
Kemajuan Ekonomi di Era Khilafah Abbasiyyah
Oleh: Ahmad Faisal, Lc, M.E
- The Golden Age
Jika masyarakat Barat beranggapan bahwa pernah ada dark age (masa kegelapan) dalam peradaban manusia khususnya di Eropa, maka sesungguhnya di saat yang sama telah terbit peradaban yang bersinar dari jazirah Arab. Tentunya peradaban Islam lah yang dimaksud. Sinar peradaban Islam pernah mencapai titik terang yang mengagumkan seluruh dunia sehingga disebut The Golden Age (masa keemasan). Kemajuan peradaban Islam di masa itu juga diakui oleh para sejarawan non-muslim di era modern. Masa keemasan tersebut terjadi di masa Khilafah Abbasiyyah yang berlangsung selama 618 tahun hijriah (132 – 750 H) atau 602 tahun masehi (656 – 1258 M).
Kemajuan di masa kepemimpinan Khilafah Abbasiyyah diketahui dari banyaknya buku-buku pengetahuan yang dihasilkan di masa itu. Karya tulis yang dihasilkan meliputi berbagai bidang seperti aqidah, fiqih, tafsir, hadits, sejarah, bahasa, filsafat, ekonomi, matematika, astronomi, biologi, fisika, kimia dan teknologi.
Kemajuan Abbasiyyah tentunya sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan para khalifah yang bertakwa, amanah, cerdas, berani dan tegas. Para khalifah di 1 abad pertama era Abbasiyyah memiliki karakter kepemimpinan yang cukup ideal khususnya Al-Mansur, Al-Mahdi, Harun Ar-Rasyid dan Makmun. Mereka dekat dengan para ulama dan cendekiawan.
Kondisi ekonomi yang baik & makmur merupakan bagian tak terpisahkan dari kemajuan suatu peradaban. Kemajuan ekonomi di era Abbasiyyah sangat bagus hingga menjadi rujukan pada kajian di zaman setelahnya. Kesejahteraan yang ada didistribusikan kepada seluruh rakyat di wilayah Islam. Pada level internasional, ibukota Baghdad menjadi pusat perdagangan dan pertemuan berbagai jalur perdagangan dunia.
Pada poin pembahasan berikutnya, penulis akan membahas lebih jelas mengenai prestasi ekonomi di era Khilafah Abbasiyyah dari segi konsep ekonomi dan sistem pengelolaannya.
Kebangkitan Ekonomi Islam di Era Modern
Oleh: Ahmad Faisal, Lc, M.E
Ø Semangat Kebangkitan Islam
Pada kisaran abad 18-20, negara-negara muslim mengalami kelemahan dan berada dalam dominasi negara-negara Eropa. Pada masa tersebut dunia diwarnai oleh penjajahan dan penjarahan ekonomi secara besar-besaran, khususnya di wilayah Asia dan Afrika.
Semenjak runtuhnya Baghdad dan melemahnya Khilafah Utsmaniyyah, umat Islam mengalami kemunduran di berbagai sisi kehidupan. Penghapusan Khilafah di Turki pada 3 Maret 1924 memperparah keadaan dan memperkuat cengkraman penjajah di wilayah kaum muslimin.
Pada saat itu, Eropa mengalami renasaince (pencerahan & kebangkitan) yang ditandai munculnya revolusi industri. Para ilmuwan Barat berhasil meneliti warisan pengetahuan sains ilmuwan muslim sebelumnya lalu mewujudkannya menjadi penemuan-penemuan teknologi yang luar biasa. Dengan kemajuan sains & teknologi, orang-orang Eropa mengembangkan industri dan perdagangan secara pesat serta membentangkan dominasinya pada wilayah jajahan.
Kaum muslimin berjuang mempertahankan tanah airnya dari penjajahan Barat dengan sangat gigih. Perjuangan ini mencapai titik kebangkitan yang besar di awal abad 20. Hal itu ditandai dengan munculnya para ulama, cendikiawan dan pergerakan-pergerakan Islam yang merespon dominasi penjajahan Barat atas kaum muslimin.
Dominasi Barat tidak sebatas pada aktivitas fisik dan angkat senjata, namun juga cengkaraman secara ekonomi, pemikiran, budaya dan politik. Perlawanan umat Islam pun tidak hanya sebatas fisik dan perang persenjataan.
Kebangkitan perjuangan umat Islam pada kisaran abad 18-20 masehi diwujudkan dalam 3 hal:
1. Purifikasi, yaitu ajakan untuk menjalankan ajaran Islam yang murni berdasarkan aqidah tauhid dan syariat yang benar.
2. Pengkajian dan penggunaan sains & teknologi modern untuk beradaptasi dengan kondisi zaman.
3. Menyusun karya tulis untuk menyebarkan pencerahan & semangat menjayakan Islam di panggung peradaban dunia.
Usaha-usaha perjuangan tersebut dilakukan secara individu maupun berkelompok bahkan berjejaring secara internasional. Hingga menjelang akhir abad 20, semua negeri muslim mampu memerdekakan diri dari penjajahan Barat. Meskipun begitu, dominasi dan penetrasi peradaban Barat masih membekas di bidang politik, ekonomi, pendidikan dan budaya.